BUDI DAYA TANAMAN OBAT
Kompetensi Dasar :
3.3
Memahami komoditas tanaman obat yang dapat dikembangkan sesuai kebutuhan
wilayah setempat.
3.4 Memahami tahapan
budidaya tanaman obat
4.3 Menentukan komoditas
tanaman obat yang akan dibudidayakan sesuai kebutuhan wilayah
4.4 Mempraktikan tahapan
budidaya tanaman obat.
Indikator :
Setelah mempelajari
materi pembelajaran ini, peserta didik diharapkan dapat :
·
Menyatakan pendapat tentang keragaman
komoditas tanaman obat sebagai ungkapan rasa bangga dan wujud rasa syukur
kepada Tuhan serta bangsa Indonesia
·
Mengidentifikasi jenis, sarana produksi
dan tahapan budidaya tanaman obat yang ada di wilayah setempat
·
Merancang kegiatan budi daya tanaman obat
dan menyusun komposisi media tanam berdasarkan orisinalitas ide yang jujur
terhadap diri sendiri
·
Melaksanakan dan mempresentasikan kegiatan
budi daya tanaman obat yang ada di wilayah setempat.
Materi Pembelajaran
Pada bab ini kalian akan
mempelajari tentang budidaya tanaman obat. Tanaman obat meruapakan jenis
tanaman yang sebagian atau seluruh tanamannya digunakan sebagai obat, bahan,
atau ramuan obat-obatan. Budidaya tanaman obat merupakan suatu cara pengelolaan
tanaman sehingga tanaman obat yang dihasilkan bermutu baik.
A. Jenis
– jenis Tanaman Obat
Tanaman obat dapat tumbuh dengan baik
hampir di seluruh wilayah Indonesia. Setiap daerah mempunyai keunggulan produk
tanaman obat yang dihasilkan. Tanaman obat dapat dimanfaatkan berdasarkan
bagian tanaman, seperti: daun, akar, rimpang, buah, dan bunga.
Setiap jenis tanaman membutuhkan kondisi
lingkungan yang berbeda. Kita perlu mengetahui syarat tumbuh dan karaktersitik
setiap jenis tanaman obat yang akan dibudidayakan. Berikut deskripsi beberapa
jenis tanaman obat.
1. Keji Beling
Keji
beling atau orang Jawa menyebutnya dengan nama “sambang geteh”, sementara di
tanah Pasundan dikenal dengan sebutan “remek daging”, “reundeu beureum”, dan
orang Ternate menyebutnya dengan nama “lire”. Tumbuhan ini memiliki banyak
mineral lainnya. Di samping itu juga terdapat asam silikat, tannin, dan
glikosida. Kegunaannya sebagai obat disentri, diare (mencret), dan obat batu
ginjal serta dapat juga sebagai penurun kolesterol. Daun tanaman ini selain
direbus untuk diminum airnya, juga dapat dimakan sebagai lalapan setiap hari
dan dilakukan secara teratur. Daun keji beling juga kerap digunakan untuk
mengatasi tubuh yang gatal kena ulat atau semut hitam, caranya dengan
mengoleskan langsung daun keji beling pada bagian yang gatal tersebut. Untuk
mengatasi diare, disentri, selutuh bagian dari tanaman ini direbus, selama
lebih kurang setengah jam, kemudian airnya diminum. Sama juga prosesnya untuk
mengobati batu ginjal. Daun keji beling juga dapat mengatasi kencing manis
dengan cara dimakan sebagai lalapan secara teratur setiap hari. Demikian pula
untuk mengobati penyakit lever (sakit kuning), ambien (wasir) dan maag dengan
cara dimakan secara teratur.
2.
Sambiloto
Sambiloto
(Andrographis paniculata), adalah
sejenis tanaman herba dari famili Acanthaceae,
yang berasal dari India dan Sri Langka. Sambiloto juga dapat dijumpai di daerah
lainnya, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, serta beberapa tempat di benua
Amerika. Genus Andrographis memiliki
28 spesies herba, tetapi hanya sedikit yang berkhasiat medis, salah satunya
adalah Andrographis paniculata (sambiloto).
Daun sambiloto banyak mengandung senyawa Andrographolide,
yang merupakan senyawa lakton diterpenoid
bisiklik. Senyawa kimia yang rasanya pahit ini pertama kali diisolasi oleh
Gorter pada tahun 1911. Andrographolide memiliki
sifat melindungi hati (hepatoprotektif),
dan terbukti mampu melindungi hati dan efek negatif galaktosamin dan
parasetamol. Khasiat ini berkaitan erat dengan aktifitas enzim-enzim metabolik
tertentu. Sambiloto telah lama dikenal memiliki khasiat medis. Ayurveda adalah salah satu sistem
pengobatan India kuno yang mencantumkan sambiloto sebagai herbal medis, dimana
sambiloto disebut dengan nama Kalmegh
pada Ayurveda. Selain berkhasiat
melindungi hati, sambiloto juga dapat menekan pertumbuhan sel kanker. Hal ini
disebabkan karena senyawa aktifnya, yakni Andrographolide,
menurunkan ekspresi enzim CDK4 (cyclin
dependent kinase 4).
3.
Temulawak
Temulawak
(Curcuma xanthorhiza roxb) yang
termasuk dalam keluarga Jahe (zingiberaceae).
Temulawak sebagai tanaman obat asli Indonesia. Namun demikian penyebaran
tanaman temulawak banyak tumbuh di pulau Jawa, Maluku, dan Kalimantan.
Karakteristik Temulawak tumbuh sebagai semak tanpa batang. Mulai dari
pangkalnya sudah berupa tangkai daun yang panjang berdiri tegak. Tinggi tanaman
antara 2 m – 2,5 m. Daunnya panjang bundar seperti daun pisang yang mana
pelepah daunnya saling menutup membentuk batang. Tanaman ini dapat tumbuh subur
di dataran rendah dengan ketinggian 750 m diatas permukaan laut, tanaman ini
bisa dipanen setelah 8-12 bulan dengan ciri-ciri daun menguning seperti mau
mati. Umbinya akan tumbuh di pangkal batang berwarna kuning gelap atau cokelat
muda dengan diameter panjang 15 cm dan 6 cm, baunya harum sedikit pahit agak
pedas, temulawak sudah lama digunakan secara turun temurun oleh nenek moyang
kita untuk mengobati sakit kuning, diare, maag, perut kembung dan pegal-pegal.
Temulawak juga bisa dimanfaatkan untuk menurunkan lemak darah, mencegah
penggumpalan darah sebagai antioksidan dan memelihara kesehatan dengan
meningkatkan daya kekebalan tubuh.
4.
Kunyit
Kunyit
merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan (perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit
tumbuh subur dan liar di sekitar hutan/ bekas kebun. Diperkirakan berasal dari
Binar pada ketinggian 1.300 -1.600 m dpl. Ada juga mengatakan bahwa kunyit
berasal dari India. Di daerah Jawa, kunyit banyak digunakan sebagai ramuan jamu
karena berkhasiat menyejukkan, membersihkan, mengeringkan, menghilangkan gatal,
dan menyembuhkan kesemutan. Manfaat utama tanaman kunyit, yaitu sebagai obat
tradisional, bahan baku industri jamu dan kosmetik, bahan bumbu masak, dan
peternakan. Di samping itu rimbang tanaman kunyit itu juga bermanfaat sebagai
anti inflamasi, anti oksidan, anti mikroba, pencegah kanker, anti tumor, dan
menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol, serta sebagai pembersih darah.
5.
Kencur
Nama
ilmiah kencur adalah Kaempferia galangal. Kencur termasuk kerabat jahe-jahean (Gamilia Zingiberaceae). Kencur dapat
hidup di mana saja, selama tanah gembur dan subur, dengan sedikit teduh. Dengan
melakukan proses penyulingan maka dari kencur tersebut akan menghasilkan minyak
Atsiri. Berdasarkan analisis laboratorium, minyak atsiri dalam rimpang kencur
mengandung lebih dari 23 jenis senyawa. Tujuh di antaranya mengandung senyawa
aromatik, monoterpena, dan seskuiterpena. Kandungan kimia yang terdapat di
dalam rimpang kencur adalah pati (4,14%), mineral (13,73%), minyak atsiri
(0,02%), dan berupa sineol.
6.
Jahe
Rizoma
jahe mengandung senyawa oleoresin yang lebih dikenal sebagai gingerol yang
bersifat sebagai antioksidan. Sifat inilah yang membuat jahe disebuut-sebut
berguna sebagai komponen bioaktif anti penuaan. Komponen bioaktif jahe dapat
berfungsi melindungi lemak/membran dari oksidasi, menghambat oksidasi
kolesterol, dan meningkatkan kekebalan tubuh.
Berbagai manfaat jahe yang secara tradisional sudah dikenal luas. Ramuan untuk masuk angin yaitu ambil jahe yang tua sebesar ibu jari, cuci bersih, dan memarkan lalu direbus dengan air dua gelas, tambahkan gula aren secukupnya. Didihkan lebih kurang ¼ jam. Angkat dan minum hangat-hangat. Ramuan untuk sakit kepala atau migrain (sakit kepala sebelah) yaitu ambil jahe seibu jari, bakar lalu memarkan. Seduh dengan segelas air dan beri sedikit gula aren, minum sekaligus. Minum tiga kali sehari. Ramuan untuk mencegah mabuk kendaraan yaitu ambil jahe seibu jari, cuci dan iris tipis-tipis, lalu rebus dengan segelas air. Diminum hangat-hangat sebelum naik kendaraan.
REFLEKSI
- Adakah tanaman seperti gambar tersebut di lingkungan sekitarmu? Bagaimana pemanfaatannya saat ini? Bagaimana pendapatmu mengenal tanaman tersebut dan gagasan apa yang ingin kamu ungkapkan?
- Adakah tanaman obat produk unggulan di daerahmu? Sebutkan!
mantap
BalasHapus